JAKARTA - TNI Angkatan Laut (TNI AL) melaksanakan Ekspedisi Jala Citra 3-2023 “Flores” yang dilaksanakan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL. Keberangkatan ekspedisi ini dilepas oleh Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Danpushidrosal) Laksamana Madya TNI Nurhidayat di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (29/03).
Baca juga:
TNI-Polri Gelar Rapat Pimpinan
|
Dalam sambutan tertulis Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali yang dibacakan oleh Danpushidrosal mengatakan Ekspedisi Jala Citra 3-2023 “Flores” merupakan kelanjutan dari Ekspedisi Jala Citra 2-2022 “Banda”, sebuah bukti nyata sinergitas dalam sebuah kolaborasi penelitian antara TNI AL dengan para peneliti dari Kementerian serta Lembaga terkait, akademisi dari Perguruan Tinggi, Kalangan Profesional hingga Pihak Swasta yang bergerak di bidang pemetaan kelautan.
Ekspedisi ini mengangkat tema “Ungkap Fitur Lantai Samudera Serta Karakteristik Kolom Air Laut Flores Guna Keselamatan Pelayaran, Pertahanan dan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan”. Bertujuan untuk memperkaya khazanah pengetahuan tentang kondisi Perairan Laut Flores dari bidang Hidrografi dan Oseanografi, dengan landasan wawasan nusantara guna mendukung keselamatan pelayaran, perlindungan lingkungan laut, mitigasi bencana dan kepentingan maritim lainnya.
Pemilihan lokasi Ekspedisi Jala Citra 3-2023 di laut Flores yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 60 hari ini, juga telah mempertimbangkan berbagai aspek antara lain, bidang Hidrografi, Geologi, Geofisika, Geososial, Meteorologi dan Oseanografi serta aspek pertahanan dan keamanan. Ekspedisi ini didukung unsur Alutsista TNI AL di bawah Komando Komandan KRI Spica-934 Letkol Laut (P) Deirus Rizki Khair, yang juga selaku Komandan Satuan Tugas.
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Mochammad Firman Hidayat yang hadir dalam kesempatan itu menyampaikan, selain melengkapi data kelautan, Ekspedisi Jala Citra 3-2023 “Flores” juga bertujuan mengantisipasi potensi bencana tsunami, dimana Indonesia merupakan wilayah rawan bencana tsunami yang dapat menelan banyak korban jiwa seperti yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu. (Dispenal/Hendi)